Manusia hidup dalam satu garis lurus kehidupan. Garis itu tidak pernah benar-benar lurus sampai kita menemukan rute yang kita inginkan. Entah itu bernasib mujur ataupun sangat menyakitkan, tugas kita hanya memilih yang paling memungkinkan untuk menang.
Malangnya manusia yang belum menemukan mesin waktu. Tidak bisa membaca masa depan, sehingga hanya bisa berspekulasi akan peluang keberhasilan pilihan. Begitupun tidak bisa mundur ke masa lalu, karena hanya membuang waktu merubah yang terlanjur sudah tergariskan.
Dalam suatu masa, seorang kawan absurdku pernah dengan percaya diri menggunakan ilmunya membaca garis tangan. Dari sejuta harap akan masa depan yang baik, nyatanya tidak benar-benar membantu kita mengambil keputusan yang benar. Hanya bunyi peringatan supaya jangan menjadi keledai yang jatuh terus ke lubang yang sama.
Kata orang bijak, pengalaman adalah guru yang paling terbaik di kehidupan. Nyatanya, guru terbaik itu hanya memberikan satu jawaban mutlak. "Manusia itu terlanjur hidupnya narsis, percaya akan ada hari baik di masa depan. Sayangnya yang muncul di kemudian hari ialah pengalaman yang mengajarkan kalau manusia tidak pernah belajar dari pengalaman."
Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkinkah manusia ditakdirkan hanya menjadi kelinci percobaan yang terus menerima pengalaman-pengalaman pahit? Bukan begitu kawan. Kita hanya perlu tahu kalau apa yang kita terima di hari ini adalah pilihan yang dengan yakinnya kita ambil di masa lampau. Kita yang mencorat-coret garis itu sampai akhirnya menemukan garis akhir yang kita ketahui sebagai kemalangan.
Begitu demokratisnya semesta sampai tidak mau mengintervensi pilihan kita. Tidak ada yang patut disalahkan selain diri kita sendiri yang selalu gagal mengintrospeksi diri. Kalau berjaya, kita mengucapkan syukur tanpa habisnya. Kalau berakhir nista, entah kebodohan mana lagi yang kita perbuat selain meracau menyalahkan dunia. Sungguh lelucon paling tidak menyenangkan untuk ditertawakan.
Sampai hari ini, harusnya kita mulai menyadari ada tiga hal di dunia yang pasti akan terjadi. Pertama, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Kedua, penyesalan datangnya selalu terakhir, kalau di awal pasti namanya keputusan. Ketiga, apapun yang hidup pasti akan mati, apa yang bermula pasti akan berakhir.
Sampai titik ini seharusnya manusia harus mulai paham untuk selalu menerima segala kemungkinan terburuk. Bukan dengan lapang mengatakan "mencintai takdir" yang sudah jelas tidak pernah jelas. Apa yang sudah dipersiapkan bukan berarti lepas dari hal-hal buruk. Namun, menciptakan suatu keadaan yang merubah dimensi pikiran kita untuk terus hidup, mengerjakan apa yang kita bisa, dan menemukan jawaban atas keputusasaan.
Jika kita sudah siap untuk menjadi manusia yang benar-benar menerima keadaan, sudah barang tentu kita akan menemukan pilihan baru. Sekarang, mulai menata lagi kehidupan. Ternyata masih panjang garis yang harus diteruskan untuk menemui titik akhir penantian kebahagiaan.
Jadi, tidak perlu lagi muluk-muluk mencintai takdir yang seperti kotoran busuk. Tidak perlu berakhir menjadi pesakitan hanya karena terobsesi akan satu titik buntu. Sesekali menangis atau meraung karena menyesal itu bukan masalah. Barangkali di depan sana ada cakrawala yang indahnya kita pandangi sampai habis waktu senyam-senyum sendiri.
Ini bukanlah titik di mana berusaha untuk ikhlas, apalagi memaafkan keadaan. Bukan juga alasan untuk berpaling dari masa lalu kelam yang terus mengotori hari-hari yang panjang ataupun berbohong untuk mencintai diri sendiri. Ini adalah pernyataan terkeras untuk mengatakan, "Selamat tinggal rasa bersalah, selamat jalan pengalaman sakit terpendam. Aku cuma ingin hidup dan mulai merasakan tidak benar-benar musnah. Kalau benar ini adalah pilihan, aku hanya perlu menekan opsi dan berbagi rasa dengan dunia. Semoga benar-benar menyenangkan."
Apa yang sudah kupilih hari ini adalah satu-satunya kebenaran dan tidak perlu malu untuk mengatakan aku pernah salah di masa depan. Aku hanya perlu malu menjadi manusia yang tidak pernah belajar dari pengalaman. Sayonara, annyeong higaseyo, zài jiàn, adios, au revoir, arrivederci...

Komentar
Posting Komentar