Dulu seseorang bergerak karena menyadari diri berada dalam keadaan yang mencekam dan penuh dengan penghisapan, barulah kesadarannya tumbuh bersama dengan perlawanannya. Keberpihakan terhadap keadaan sosial lah yang menentukan di sisi ideologi mana dia harus berdiri!
Sekarang, semuanya berubah secara kilat. Seseorang bahkan tidak menyadari sedikitpun dirinya berada dalam ruang penindasan sehingga tumbuh menjadi individu yang melawan dengan serampangan. Tahu eksistensi dari eksploitasi, tapi tak mampu menjelaskan bagaimana kondisinya. Tahu ada penghisapan, tapi tak bisa menunjukkan kontradiksi perlawanannya.
Karena apa? Gerakan dianggap sebagai style atau bahkan passion, dianggap orang yang melawan menjadi keren dan terlihat seperti bagian elit. Padahal hal tersebut yang menghancurkannnya. Menjadi massa yang subjektif dan tidak bisa berbaur bersama perlawanan itu.
Semua saling memusuhi bila berbeda dan menyukai intrik. Semuanya berlomba menjadi "kiri" dan mencoba meraih "jalan artis medsos yang kritis". Cukup kah hal itu? Dirimu yang terus mengidentikkan diri sebagai aktivis bila terlihat pakai baju wajah Marx, foto lagi baca buku "Negara dan Revolusi", bawa pylox dalam jaket bomber hitam berlambang A dalam lingkaran, atau mereview buku "Tuhan dan Negara"?
Duduk manis menunjukkan sebagai orang yang selalu kontra terhadap kekuasaan, tapi melupakan aksi massa. Tidak mau mengorganisir atau berbaur dengan komunal karena merasa harus hebat secara individu. Mencukupkan diri dengan tampilan style ala anak gerakan dan suka mengumbar quotes pemikir dan pemimpin revolusi. Untuk satu motif rusak: "passion-ku ini loh...."
Aku sebenarnya tidak bisa menyalahkanmu. Karena dari awal, sudah kubilang semuanya sudah berubah dengan cepat. Bahkan untuk gerakan perlawanan sekalipun bisa berubah. Aku menemukan keriskanan yang selalu kudiamkan dan saatnya kubuka.
Ayolah, kamu harus sadar dirimu hadir dalam negara dan kelas borjuis yang selalu menghisapmu. Ayolah, kamu bisa menjadi bagian kontradiksi pokok maupun non-pokok yang mendukung perjuangan kelas. Hentikan segala style dan passionmu, dan mulailah menyadari bahwa perlawanan tidak boleh merasa jumawa dan elitis.
Melawan kita karena kita "paham". Melawan kita karena hadir dalam "keyakinan" kita yang percaya bahwa dunia bisa tanpa kelas. Melawan kita karena percaya kepada diri termasuk bagian buruh, tani, nelayan, rakyat miskin kota, dan pelajar yang mendukung kerja revolusioner!
Akhir semua ini, aku cuma mau bilang: "Berhentilah bermain-main, bodoh! Bergandengan tangan lah denganku untuk selalu belajar dan berjuang bersama rakyat."
-Stuppa-

Komentar
Posting Komentar