"Keadaan sosial menentukan kesadaran sosial". Itulah salah satu tesis Marx dalam filsafatnya Materialisme Historis. Bahwa kesadaran bergerak itu bertumbuh ketika massa pun terus menghadapi keadaan sosial yang sudah tak layak dibiarkan. Massa pada setiap zaman selalu menemukan kontradiksi pokok dalam keadaan sosialnya yang menindas sehingga menghadirkan perjuangan kelas.
Berbicara kesadaran sosial, saat ini aku menemukan betul pembagian yang nyata dalam penuturan Paulo Freire. Bahwa massa terbagi tiga (3) dalam kesadarannya melihat keadaan sosial. Ada massa dalam kesadaran magis, kesadaran naif, dan kesadaran kritis.
Yang pertama adalah massa yang "dalam kesadaran magis". Massa ini menurutku merupakan massa yang belum memiliki kesadaran sehingga hanya menitipkan pada daya nalar yang bersifat angan dan candu. Mereka menutup semua logikanya karena menemukan sebuah entitas ataupun kepercayaan kepada keadaan alamiah bahwa perubahan sudah ada yang menentukan. Bukan hal yang aneh bahwa massa inilah yang sering dihisap oleh relasi produksi karena akan terjebak pada dogma dan ajaran tanpa pernah memberi ruang untuk mengkritisi keadaan sosial mereka.
Yang kedua adalah massa yang "memiliki kesadaran naif". Massa ini menurutku merupakan massa yang mampu membaca keadaan sosialnya tetapi gagal memotivasi diri untuk menciptakan perubahan. Mereka membiarkan penghisapan tetap ada dan dirinya berjalan di tempat menikmati relasi produksi. Massa ini yang selalu mencoba meruntuhkan perjuangan. Mereka tidak mau hadir di tengah-tengah massa tetapi juga menghambat perjuangan karena terus-menerus nyinyir dan mengkritik perjuangan.
Yang ketiga adalah massa yang "menciptakan kesadaran kritis". Massa ini menurutku merupakan massa yang paling maju dalam menganalisa keadaan sosialnya dan mampu untuk menggerakan diri untuk berjuang. Massa inilah yang dalam perjuangan menjadi pelopor penggerak aksi massa. Mereka bisa berbaur dan mau bergerak untuk menciptakan perubahan sosial. Massa ini menggunakan daya upaya kritisnya untuk melawan relasi produksi yang menghisap dan tidak membiarkan diri dieksploitasi. Massa ini kusebut dengan "massa yang berlawan"!
Massa-massa ini kubaca dalam perjalanan singkat dalam kerja-kerja organisasi pelajarku. Bahwa massa yang lahir dalam keadaan sosial yang sama sekalipun akan berbeda dalam setiap individunya. Berbeda dalam menyikapi untuk analisa maupun bergeraknya.
Seringkali antar massa ini saling bertabrakan dalam watak perjuangannya. Hal ini disebabkan berbeda dalam menyikapi keadaan sosialnya. Massa yang kritis akan mencoba untuk selalu mengagitasi massa yang magis untuk bergerak. Massa yang magis setelah mau bergerak akan selalu dinyinyirin oleh massa yang naif. Dan massa yang naif akan selalu menggantungkan nasib pada massa kritis.
Begitu terus berputar dan nantinya akan menciptakan analisa perjuangan. Manakah massa yang mendukung revolusi dan massa yang kontra revolusi (kontrev). Mana kawan mana lawan, semuanya akan jelas!
Aku mulai berpikir bahwa tiada massa yang akan terus bertahan menikmati penindasan bahkan sampai pada saat krisis dan sekaratnya kapitalisme nanti. Semua massa pada akhirnya harus melebur untuk melawan! Bahkan pada massa naif sekalipun. Maka nantinya akan terbukti tesisnya Marx bahwa "keadaan sosial menentukan kesadaran sosial". Semuanya akan menghadirkan keadaan revolusionernya masing-masing dan bebaur dalam perjuangan kelas!
Maka kututup dengan, "cukupkanlah kemagisanmu dan akhiri kenaifanmu, karena sadar adalah harga mahal untuk pembebasan manusia!" Panjang Umur Perlawanan!!!
-Stuppa-

Komentar
Posting Komentar