Langsung ke konten utama

Malam natal, pesimisme, dan perjuangan kelas




Shalom 
Salam pembebasan nasional!

“Akan tiba masanya kita sebagai manusia. Sebagai orang yang mengaku beragama, hanya akan bisa merasa “bahagia” apabila kita mampu seperti Kristus, menjadi miskin bersama orang miskin!” - Amir Syarifudin Harahap -

Selamat natal kuucapkan kepada seluruh alam semesta yang mempercayai tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Selamat natal juga kuucapkan kepada siapapun yang menyakini tiap-tiap hari adalah kedatangannya di dunia. Selamat natal kuucapkan kepada seluruh umat Kristiani yang setiap harinya sabar menunggu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Selamat natal kuucapkan kepada kelas buruh dan rakyat tertindas sedunia yang merayakan hari kebesaran ini. 

Tulisan ini adalah penandaku sebagai umat yang sudah mencapai titik kegelisahan melihat kondisi hari ini. Kondisi yang kuanggap kurang lebih 2000 tahun berlalu sejak kelahiran-Nya, dunia belum menunjukkan perubahan signifikan seperti makna pengorbanan di kayu salib itu.

Beberapa tahun lalu, tepat di 'malam natal' yang dipercayai sebagian umat sebagai waktu untuk bersekutu dalam peribadatan di bangunan rumah Allah. Semuanya berbondong menikmati malam tersebut bersama sanak saudara dan orang-orang yang terkasihi. Jalanan ramai sesak menggambarkan kesukacitaan umat akan kabar baik dalam persekutuan. Tak ada yang berbeda, semuanya sama seperti natal-natal sebelumnya. Penuh gemerlap, terang benderang, dan glamor. Umat hadir dengan mobil mewah, pakaian baru, dan aksesoris tubuh yang mengkilap. Sama halnya dengan diriku dan keluarga yang ikut merayakan di hari itu.

Hingga akhirnya aku memasuki bangunan rumah Allah dan mulai menikmati sejam lebih waktu peribadatan. Momentum yang kunanti-nantikan tiba, yaitu saat pendeta mencurahkan eksistensi dan khotbahnya. Khotbah yang kuharapkan sangat berisikan pesan-pesan perjuangan dan optimisme akan dunia yang lebih baik. Ekspektasiku lenyap saat kudengar dia mengatakan, “banyak orang miskin di dunia ini, orang miskin tidak akan pernah didengar karena keadaan mereka, apalagi diperhatikan. ....., Dunia sibuk dengan konfliknya seperti Palestina-Israel, padahal mereka seharusnya tahu bahwa Dunia akan hancur. Inilah tanda-tandanya!” 

What? Dia tidak menyelipkan tasa optimisme kepada umat, apalagi pesan-pesan perjuangan untuk menjadikan dunia yang lebih baik. Seperti halnya pemuka agama yang lain, di awal, pertengahan, dan akhir khotbahnya, mereka “memabukkan” kita dengan pesan bahwa dengan ibadah baik sajalah yang akan menyelamatkan kita sampai hadirnya intervensi Tuhan di dunia ini. 

Pesimisme sudah menjadi sajian yang lekat disantap umat, sejak penderitaan bangsa Yahudi diperbudak oleh bangsa Mesir sampai pembuangan ke Babilonia. Dari penjajahan oleh Kekaisaran Romawi sampai sekarang seluruh umat di dunia dijajah oleh Imperialisme. Mereka dikelabui oleh nabi-nabi palsu, imam serakah, ahli taurat munafik, dan sekarang oleh pendeta/pastor. Hal yang jelas terlintas pada umat setelah menerima peribadatan ialah hanya dengan berserah kepada Allah serta taat dalam peribadatan maka semua penderitaan umat akan hilang. Mereka menjadi takut, pasrah, dan hanya menunggu intervensi Tuhan pada kehidupan mereka. Nyatanya menunggu dengan berharap sepenuhnya kepada Tuhan sama saja dengan pesimisme.

“Sejarah seluruh umat manusia adalah sejarah perjuangan kelas.” Begitulah bunyi kutipan dari Manifesto Partai Komunis karya Marx dan Engels. Marx dan Engels benar dalam membuat tesisnya bahwa sejarah yang dicatat dunia ini menjelaskan dua kutub yang berlawanan. Antara yang ditindas melawan yang menindas. Antara yang mempraktekkan ketidakadilan dan yang berusaha menghadirkan keadilan di dunia ini. Nyatanya Al-Kitab dengan segudang kisahnya pun menceritakan gerakan revolusioner sebuah bangsa dalam memperjuangkan haknya sebagai manusia. Dimulai dari kehadiran seorang individu yang mendorong perlawanan itu. Dia dikenal sebagai Yesus, sang mesias, rabbi (guru) semua umat. 

Matius 10:34 berbunyi, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang.” Dia hadir karena mengetahui umat sudah panjang larut dalam ketertindasan dan urung melawan. Lahir dari akar penindasan yang lama dari Kekaisaran Romawi, mereka dijajah tanahnya dan diperbudak manusianya untuk menjadi pekerja kasar. 

Yesus datang ke dunia tidak seperti yang diharapkan oleh para orang-orang farisi (suatu golongan dari para rabbi dan ahli taurat yang sangat berpengaruh), yaitu seorang individu yang diurapi oleh Allah yang akan menjadi seorang raja serta memulai pergolakan politik yang akan membebaskan negeri mereka dari penjajahan Romawi. Nyatanya, Yesus datang sebagai individu merdeka dari keluarga tukang kayu miskin yang lahir di kandang domba dan dibaringkan dalam palungan. Dia adalah bayi yang tidak diharapkan kekuasaan, yaitu Raja Herodes. Dialah yang diramalkan akan datang ke dunia dengan memberi pengajaran “jalan revolusi” kepada umat.

Jalan Revolusi yang ditunjukkan dengan praktek dan teori yang sangat ilmiah. Dia lahir dalam kondisi miskin dari masa kolonialis Kekaisaran Romawi. Marx pernah mengeluarkan tesis lainnya, “keadaan sosial menentukan kesadaran sosial.” Terbentuk sebagai individu yang menerima keadaan sosialnya yang jelas tertindas akan membuat arah pemikiran kesadarannya bulat untuk melawan! Hadir mengkritisi setiap tatanan dalam analisa kelas sosial pada masa itu. 

“Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." begitu pesan Efesus 6:12 menjelaskan teori revolusioner Yesus. Dia organisir para murid-muridnya lewat turun basis kampung-kampung nelayan dan komunal pemuda. Dia jadikan murid-muridnya sebagai sel inti revolusioner dalam mengagitasi dan propagandakan Jalan Revolusi ala Yesus. 

Lewat kelompok-kelompok belajar di pinggir sungai ataupun pelayanan pintu ke pintu mereka berhasil menghadirkan ribuan kader maupun massa revolusioner yang siap dalam melancarkan perlawanan masif dalam perjuangan kelas tertindas di masa itu. Apakah semua mulus? Tentu saja caci maki dari kelompok munafik kontra revolusi dan ancaman kematian oleh represifitas kolonial selalu menghantui basis massa revolusioner.

Nyatanya semua perjuangan kelas harus mengorbankan semua hal, termasuk nyawa sekalipun untuk membebaskan kaum tertindas dari penjajahan. Yesus mengorbankan dirinya di kayu salib, begitu juga murid-muridnya untuk menjelaskan beribu makna perjuangan yang mana kita tidak bisa hanya berpangku tangan dan menitipkan nasib. Apalagi larut dalam pesimisme menunggu kehadiran Mesias atau Sang Pembebas di dunia ini. 

Begitupun rela tertindas dalam buaian para ahli mimbar khotbah bahwa perjuangan hanya menunggu intervensi Tuhan. Yesus mencontohkan perjuangan harus direbut sendiri oleh kaum tertindas. Kepentingan yang tidak bisa terdamaikan (antagonistic) antara kelas penguasa dengan kelas tertindas harus menghadirkan jalan revolusi nyata yang diperjuangkan bersama.

Natal kemarin harusnya menjadi bukti sahih keteledoran umat untuk memperjuangkan makna natal sebenarnya. Bahwa peribadatan untuk menyenangkan hati Allah menjadi omong kosong jika masih banyak saudara kita yang masih dalam kungkungan penindasan. Akhirnya, kita sadar maupun tidak sadar mendiamkan kejahatan dan membiarkan praktek penghisapan membunuh umat dengan pelan-pelan. Allah tidak akan pernah hadir pada umat yang melanggengkan penindasan. 

Allah hadir pada setiap sanubari umat yang sampai titik akhirnya terus berjuang dalam memperjuangkan haknya. Menghadirkan dunia yang adil dan sejahtera menurut gambaran Allah soal konsep “surga”. Tenang kawan, dunia tidak akan hancur sampai kita memperjuangkan “jalan revolusi” ala Yesus nyata di dunia. Yakinlah dan percayalah, Sosialisme pasti di dunia!

"dari Diskusi Bergerak Menuju Perubahan..."
/Wujudkan Demokrasi, Tuntaskan Revolusi\


-Robson-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pengalaman Mengajarkan Kalau Kita Tidak Pernah Belajar"

Manusia hidup dalam satu garis lurus kehidupan. Garis itu tidak pernah benar-benar lurus sampai kita menemukan rute yang kita inginkan. Entah itu bernasib mujur ataupun sangat menyakitkan, tugas kita hanya memilih yang paling memungkinkan untuk menang. Malangnya manusia yang belum menemukan mesin waktu. Tidak bisa membaca masa depan, sehingga hanya bisa berspekulasi akan peluang keberhasilan pilihan. Begitupun tidak bisa mundur ke masa lalu, karena hanya membuang waktu merubah yang terlanjur sudah tergariskan. Dalam suatu masa, seorang kawan absurdku pernah dengan percaya diri menggunakan ilmunya membaca garis tangan. Dari sejuta harap akan masa depan yang baik, nyatanya tidak benar-benar membantu kita mengambil keputusan yang benar. Hanya bunyi peringatan supaya jangan menjadi keledai yang jatuh terus ke lubang yang sama. Kata orang bijak, pengalaman adalah guru yang paling terbaik di kehidupan. Nyatanya, guru terbaik itu hanya memberikan satu jawaban mutlak. "Manusia itu terlanj...

Media hiburan eksploitasi kemiskinan

Hari-hari kita selama dan pasca bulan ramadhan beberapa tahun lalu diselingi dengan banyaknya acara hiburan di layar kaca. Acara hiburan yang diproduksi layaknya barang pada pabrik itu sukses mengalihkan waktu kita untuk berdiam diri menikmati suguhan tersebut. Melihat media hari ini, kita harusnya menyadari satu hal. Adanya trend genre acara hiburan yang menurutku sudah berkembang lama dalam industri ini, yaitu mengeksploitasi kemiskinan. Bukan, ini bukan berbicara eksploitasi pekerja dalam relasi produksi pada media tersebut. Tetapi, ini berbicara acara hiburan di media kita yang mengumbar kemiskinan rakyat sebagai strategi menarik minat penonton layarkaca untuk menonton acara tersebut. Acara hiburan yang menampilkan "rakyat miskin" layaknya objek tontonan masyarakat. Diumbar kehidupannya, dari kesusahan hidup sampai aib keluarga. Siapa yang memiliki kesusahan dan aib "terbaik" akan terus diekspos sampai membuat malu mereka.  Kemudian mereka dipaksa mengikuti ...

Aku milik dunia: Siapa aku yang bisa berada?

~So little time, try to understand that I'm Trying to make a move just to stay in the game, i try to stay awake and remember my name But Everybody's Changing, and I don't feel the same~  Keane - Everybody's Changing ... Aku terbaring dalam keadaan penuh amarah, sedih, dan segala bentuk emosi negatif. Dipaksakan cepat raga ini untuk bangkit sekadar memperhatikan sebuah kebenaran. Kebenaran di depan sebuah kaca yang aku ratapi dalam setiap lekuk rupanya. "Kamu tidak memiliki siapapun atau apapun di dunia. Bahkan rupa yang kamu lihat di depan inipun bukan milikmu." ujarnya membentak. Lantas, aku ini bagaimana? Tidakkah satu molekul ataupun sel dapat rupanya aku klaim sebagai kepemilikanku? Ternyata tidak, aku hanya bernafsu untuk diakui ada dan mengadakan. Aku terlalu banyak berharap di dunia yang terlanjur paradox ini. Semakin lama masa bergerak, kamu mulai terasa asing. Berlari ke sana ke mari, menopangkan jiwa pada nasib yang tidak pernah konsisten memutusk...