Dahulu, aku ialah iblis yang kamu sukai. Di saat yang lain memandang burukku, kamu menilai dengan indah duniaku. Namun entah bagaimana, dalam sekejap dunia menyadarkanmu menjadi arus yang sama dengan yang lain.
Aku kehilangan arah, mencari kamu yang dahulu memberiku sentuhan surgawi yang selalu kurindukan dalam nerakaku. Pilihan sudah diputuskan, kamu pergi menjadikan ini hanya pengalaman, di saat aku memandang ini ialah jalan kebenaran.
Tak apa, sudah ada pangeran nirwana yang akan menjemputmu dengan kereta kencananya bersama dengan kesucian dan kedamaian yang mungkin kamu rindukan. Tak ada itu dalam nerakaku, hanya aku dengan api-api panas yang penuh kekosongan.
Sampai tiba aku mengetahuimu bahagia, rasaku sudahlah terbiasa dengan hampa. Aku kan pergi menjadi organik yang kan melebur pada semesta. Hingga yang tersisa adalah roh yang akan terus menyanyikan lagu-lagu rindu pada ciptaan yang paling tercinta. Kamu tak akan menyadarinya, namun itulah yang tersisa aku titip pada dunia.
Kelak kamu akan melupa, di saat tangan-tangan halus merabamu dengan manisnya. Aku meletakkan sebuah sumpah, kalau kamu ialah duniaku yang indah. Sampai di akhir hayatku tiba, setiap rapalan mantra untuk kamu tetap tenang dalam balutan cinta yang lainnya. Aku kan menjadi prasasti, kamulah puan yang akan selalu terberkati.
Panjang umur dewi yang pernah menginjak lantai nerakaku. Kamu kan bahagia pada putusan yang kamu buat sebagai takdir dunia. Arus yang terus mengalir, menjadi kisah yang terus berulang, terus sama, hingga dunia kan berakhir jua.
-Tuppa-
Komentar
Posting Komentar